Jumat, 31 Oktober 2014

Analisis Kasus Kepuasan Kerja



CONTOH KASUS

       Beragam kesan indah ditinggalkan Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat. Selama menjabat sebagai menteri, Hidayat dikenal sebagai sosok yang ramah dan menganggap bawahan selaku teman kerja.
       Kesan ini dirasakan Tristanto, Office Boy yang kerap melayani mantan Ketua Kadin Indonesia selama dua periode sejak 2003-2012 itu. Di mata Tristanto, Hidayat adalah menteri yang sederhana dan kerap mengajarkan perbuatan jujur.
"Walau kita OB tapi pak Hidayat menganggap keluarga, tidak ada jarak. Seperti teman saja kalau sedang menyuruh beli makanan, tidak kasar menyuruhnya," ucap Tristanto saat ditemui Tribun di Jakarta, Jumat (17/10).
       Menurutnya, Hidayat kerap memintanya membeli makanan untuk makan siang. Biasanya, saat makan siang, Hidayat meminta pepes ikan, sayur bayam atau sayur asem berikut tempe dan tahu. Makanan siang ala Hidayat itu hanya bisa diperoleh dari warung makan Bubur Sukabumi yang berada di Tebet, Jakarta Selatan.
"Harga sekali membelikan makan siang untuk Bapak sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 60 ribu," ujarnya.
       Kesan menyenangkan juga dialami Nurma Satria Maulana. Pria berusia 29 tahun itu menilai, Hidayat berbeda dengan menteri perindustrian sebelumnya. "Pak Hidayat lebih santai dibandingkan sebelumnya, engak kayak bawahan sama atasan aja," ucap Nurma yang juga sebagai OB di Kementerian Perindustrian.
       Nurma mengaku, selama menjadi OB tidak pernah dimarahi oleh Hidayat. Bahkan, walau terkadang suka telat ketika menjalani tugas, Hidayat justru selalu memberi uang sebesar Rp 1 juta saat hari raya Idul Fitri tiba.
"Orangnya baik. Saya doakan pak Hidayat selalu sehat dan sukses dunia akhirat. Saya senang bisa selama menjadi OB melayani pak Hidayat," tuturnya.
       Namun demikian, seorang pegawai di Kementrian Perindustrian yang enggan disebutkan namanya menyebut, Hidayat justru terbilang tidak oke dibanding menteri-menteri perindustrian sebelumnya. Hidayat cenderung pendiam. Yang membuat dirinya geleng-geleng kepala, program memberangkatkan haji untuk karyawan bawahan berprestasi tidak lagi berjalan di masa MS Hidayat.
"Pak Hidayat enggak ada, pak Fahmi selalu berangkatkan haji kepada karyawan bawah yang berprestasi, seperti tidak pernah bolos, tidak lalai menjalankan tugas," urainya.

ANALISIS KASUS KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN KERJA PADA OFFICE BOY DI KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN

"Walau kita OB tapi pak Hidayat menganggap keluarga, tidak ada jarak. Seperti teman saja kalau sedang menyuruh beli makanan, tidak kasar menyuruhnya," ucap Tristanto saat ditemui Tribun di Jakarta, Jumat (17/10).
"Orangnya baik. Saya doakan pak Hidayat selalu sehat dan sukses dunia akhirat. Saya senang bisa selama menjadi OB melayani pak Hidayat," tuturnya.
       Kutipan diatas merupakan salah satu contoh dari kepuasan kerja yang dirasakan seorang Office Boy di kementrian perindustrian. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan kepuasan kerja seorang karyawan, salah satunya adalah rekan kerja yang baik.
       Dalam kasus tersebut seorang Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat telah memberikan lingkungan kerja yang aman terhadap bawahannya, pasalnya kondisi lingkungan kerja yang mendukung akan membuat karyawan menjadi betah di kantor, dan akan memiliki perasaan In Group terhadap kelompok di tempat kerjanya. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Apabila dilihat dari sudut pandang bapak Hidayat, beliau telah melengkapi beberapa kriteria yang memungkinkan untuk terbentuknya kepuasan kerja pada karyawan. Gaji atau upah merupakan faktor terpenting dalam membentuk rasa puas pada karyawan seperti yang telah dikutip pada berita tersebut. Nurma mengaku, selama menjadi OB tidak pernah dimarahi oleh Hidayat. Bahkan, walau terkadang suka telat ketika menjalani tugas, Hidayat justru selalu memberi uang sebesar Rp 1 juta saat hari raya Idul Fitri tiba.
       Namun dari beberapa faktor penentu kepuasan kerja diatas, tidak lupa pula bahwa kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Bebrapa orang dapat menyukai tantangan (ketegangan) dan bebrapa lainnya berusaha untuk mengurangi ketegangan tersebut. Menurut Stephen Robbins pekerjaan yang secara mental menantang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Hal ini sesuai dengan apa yang ditunjukkan pada seorang karyawan yang tidak ingin disebutkan namanya, yang mengaku bahwa tidak menyukai cara kerja bapak Hidayat, yang cenderung pendiam. Karena kepribadian orang tersebut cenderung lebih menyukai ketegangan, mungkin ia berharap mendapat atasan yang tegas dan otoriter sehingga ia menganggap bahwa bapak Hidayat kurang ‘oke’ dibanding menteri-menteri yang sebelumnya.
       Sebenarnya banyak sekali hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan rasa puas karyawan terhadap suatu pekerjaan. Namun dalam analisis yang saya lakukan, terlihat bahwa hanya dengan beberapa faktor saja karyawan sudah mendapatkan suatu kepuasan. Dalam post sebelumnya saya telah menjelaskan faktor penentu kepuasan kerja karyawan menurut Job Descriptive Index (JDI), yaitu; gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan, supervisor, rekan kerja.
       Kesimpulan dari analisis diatas, dalam kasus seorang OB bernama Nurma, atasan yang baik, lingkungan kerja yang aman, dan upah yang sepadan, sudah cukup memberikan kepuasaan kerja. Namun OB lain kurang menyukai gaya kepemimpinan bapak Hidayat yang Demokratis, ia lebih menyukai atasan yang tegas dan otoriter, yang juga berhubungan dengan kepribadian orang tersebut. 

Sumber:
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/18/office-boy-sanjung-ms-hidayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar