CONTOH KASUS
Beragam kesan indah ditinggalkan
Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat. Selama menjabat sebagai
menteri, Hidayat dikenal sebagai sosok yang ramah dan menganggap bawahan selaku
teman kerja.
Kesan ini dirasakan Tristanto,
Office Boy yang kerap melayani mantan Ketua Kadin Indonesia selama dua periode
sejak 2003-2012 itu. Di mata Tristanto, Hidayat adalah menteri yang sederhana
dan kerap mengajarkan perbuatan jujur.
"Walau kita OB tapi pak
Hidayat menganggap keluarga, tidak ada jarak. Seperti teman saja kalau sedang
menyuruh beli makanan, tidak kasar menyuruhnya," ucap Tristanto saat
ditemui Tribun di Jakarta, Jumat (17/10).
Menurutnya, Hidayat kerap
memintanya membeli makanan untuk makan siang. Biasanya, saat makan siang,
Hidayat meminta pepes ikan, sayur bayam atau sayur asem berikut tempe dan tahu.
Makanan siang ala Hidayat itu hanya bisa diperoleh dari warung makan Bubur
Sukabumi yang berada di Tebet, Jakarta Selatan.
"Harga sekali membelikan
makan siang untuk Bapak sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 60 ribu," ujarnya.
Kesan menyenangkan juga dialami
Nurma Satria Maulana. Pria berusia 29 tahun itu menilai, Hidayat berbeda dengan
menteri perindustrian sebelumnya. "Pak Hidayat lebih santai dibandingkan
sebelumnya, engak kayak bawahan sama atasan aja," ucap Nurma yang juga
sebagai OB di Kementerian Perindustrian.
Nurma mengaku, selama menjadi OB
tidak pernah dimarahi oleh Hidayat. Bahkan, walau terkadang suka telat ketika
menjalani tugas, Hidayat justru selalu memberi uang sebesar Rp 1 juta saat hari
raya Idul Fitri tiba.
"Orangnya baik. Saya doakan
pak Hidayat selalu sehat dan sukses dunia akhirat. Saya senang bisa selama
menjadi OB melayani pak Hidayat," tuturnya.
Namun demikian, seorang pegawai
di Kementrian Perindustrian yang enggan disebutkan namanya menyebut, Hidayat
justru terbilang tidak oke dibanding menteri-menteri perindustrian sebelumnya.
Hidayat cenderung pendiam. Yang membuat dirinya geleng-geleng kepala, program
memberangkatkan haji untuk karyawan bawahan berprestasi tidak lagi berjalan di
masa MS Hidayat.
"Pak Hidayat enggak ada,
pak Fahmi selalu berangkatkan haji kepada karyawan bawah yang berprestasi,
seperti tidak pernah bolos, tidak lalai menjalankan tugas," urainya.
ANALISIS
KASUS KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN KERJA PADA OFFICE BOY DI KEMENTRIAN
PERINDUSTRIAN
"Walau
kita OB tapi pak Hidayat menganggap keluarga, tidak ada jarak. Seperti teman
saja kalau sedang menyuruh beli makanan, tidak kasar menyuruhnya," ucap
Tristanto saat ditemui Tribun di Jakarta, Jumat (17/10).
"Orangnya
baik. Saya doakan pak Hidayat selalu sehat dan sukses dunia akhirat. Saya
senang bisa selama menjadi OB melayani pak Hidayat," tuturnya.
Kutipan
diatas merupakan salah satu contoh dari kepuasan kerja yang dirasakan seorang Office Boy di kementrian perindustrian. Ada
beberapa faktor yang dapat menentukan kepuasan kerja seorang karyawan, salah
satunya adalah rekan kerja yang baik.
Dalam
kasus tersebut seorang Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat telah
memberikan lingkungan kerja yang aman terhadap bawahannya, pasalnya kondisi
lingkungan kerja yang mendukung akan membuat karyawan menjadi betah di kantor,
dan akan memiliki perasaan In Group
terhadap kelompok di tempat kerjanya. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.
Apabila
dilihat dari sudut pandang bapak Hidayat, beliau telah melengkapi beberapa
kriteria yang memungkinkan untuk terbentuknya kepuasan kerja pada karyawan.
Gaji atau upah merupakan faktor terpenting dalam membentuk rasa puas pada
karyawan seperti yang telah dikutip pada berita tersebut. Nurma mengaku, selama
menjadi OB tidak pernah dimarahi oleh Hidayat. Bahkan, walau terkadang suka
telat ketika menjalani tugas, Hidayat justru selalu memberi uang sebesar Rp 1
juta saat hari raya Idul Fitri tiba.
Namun
dari beberapa faktor penentu kepuasan kerja diatas, tidak lupa pula bahwa
kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Bebrapa orang
dapat menyukai tantangan (ketegangan) dan bebrapa lainnya berusaha untuk
mengurangi ketegangan tersebut. Menurut Stephen Robbins pekerjaan yang secara
mental menantang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Hal ini sesuai
dengan apa yang ditunjukkan pada seorang karyawan yang tidak ingin disebutkan
namanya, yang mengaku bahwa tidak menyukai cara kerja bapak Hidayat, yang
cenderung pendiam. Karena kepribadian orang tersebut cenderung lebih menyukai
ketegangan, mungkin ia berharap mendapat atasan yang tegas dan otoriter
sehingga ia menganggap bahwa bapak Hidayat kurang ‘oke’ dibanding
menteri-menteri yang sebelumnya.
Sebenarnya
banyak sekali hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan rasa puas karyawan
terhadap suatu pekerjaan. Namun dalam analisis yang saya lakukan, terlihat
bahwa hanya dengan beberapa faktor saja karyawan sudah mendapatkan suatu
kepuasan. Dalam post sebelumnya saya telah menjelaskan faktor penentu kepuasan
kerja karyawan menurut Job Descriptive
Index (JDI), yaitu; gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan,
supervisor, rekan kerja.
Kesimpulan
dari analisis diatas, dalam kasus seorang OB bernama Nurma, atasan yang baik,
lingkungan kerja yang aman, dan upah yang sepadan, sudah cukup memberikan
kepuasaan kerja. Namun OB lain kurang menyukai gaya kepemimpinan bapak Hidayat
yang Demokratis, ia lebih menyukai atasan yang tegas dan otoriter, yang juga berhubungan
dengan kepribadian orang tersebut.
Sumber:
Sumber:
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/18/office-boy-sanjung-ms-hidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar