Pada
post sebelumnya saya telah menjelaskan salah satu fungsi manajemen, yaitu
perencanaan. Dalam post tersebut telah dijelaskan mengenai pengertian
perencanaan, manfaat dan jenis-jenis dari berbagai tokoh dan sumber. Kali ini
saya akan lanjut membahas beberapa fungsi lain dari manajemen yaitu
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi
manajemen menurut G. R terry adalah planning, organizing, actuating, dan
controlling. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk
tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas
pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas
yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi (Swanburg, 2000).
Dalam
Suparmoko & Ranggabawono, (2006) pengorganisasian adalah proses yang
ditempuh untuk menyusun atau membentuk suatu organisasi guna pelaksanaan suatu
rencana kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu
Jadi,
pengorganisasian adalah salah satu fungsi dari manajemen yang dilakukan setelah
tahap perencanaan dilakukan terlebih dahulu. Setelah rencana disusun,
selajutnya seorang manajer akan memikirkan bentuk mana yang paling tepat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Pengorganisasian adalah proses yang ditempuh
untuk menyusun atau membentuk suatu organisasi. Fungsi pengorganisasian sendiri
memiliki peran sebagai berikut.
1. Membagi
pekerjaan yang akan dilakukan, menetapkan tugas-tugas, dan tanggung jawab.
2. Membentuk
susunan jabatan dan peranan dengan pemberian nama.
3. Membentuk
sistem-sistem kekuasaan dan status formal.
4. Membentuk
suatu struktur organisasi untuk melangsungkan komunikasi-komunikasi internal.
Setelah
pengorganisasian dilakukan, fungsi manajemen yang selanjutnya adalah actuating atau penggerakkan. Actuating adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan dan usaha-usaha organisasi.
Dalam
Suparmoko & Ranggabawono, (2006). Dijelaskan bahwa actuating adalah proses
menggerakkan atau memotivasi anggota agar bersemangat dan tergerak untuk
bekerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam menggerakkan suatu
organisasi, diperlukan adanya suatu kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan tulus sehingga pekerjaan
berjalan lancara dan tujuan dapat tercapai. Penjelasan mengenai kepemimpinan
telah dibahas pada post yang sebelumnya.
Fungsi
terakhir manajemen yang terakhir adalah Pengawasan/pengendalian (controlling) yang merupakan fungsi yang tidak kalah penting dalam sebuah
organisasi. Controlling adalah kegiatan pengawasan dengan cara melakukan
penilaian dan mengendalikan jalannya kegiatan organisasi (Suparmoko &
Ranggabawono, 2006). Dengan adanya Controlling,
akan terbentuk suatu pengembangan dalam suatu organisasi dan sesuai dengan
tujuan organisasi. Tanpa adanya fungsi Controlling
dalam manajemen fungsi-fungsi lain akan sia-sia saja. Tujuan dari Controlling sendiri adalah sebagai
berikut.
1. Menetapkan
standar metoda untuk mengukur prestasi.
2. Mengukur
prestasi keja.
3. Menentukan
apakah prestasi kerja sesuai standar.
4. Mengambil
tindakan perbaikan.
Sesuai
dengan keempat tujuan Pengawasan diatas, maka pengawasan dapat dikatan
sangatlah penting dalam perkembangan dan kemajuan organisasi, dan berfokus pada
masa yang akan datang. Ada beberapa tipe Pengawasan yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh sebagai berikut.
Ada
3 tipe Controlling menurut Ochi (1979) yaitu:
1.
Market
Mechanism
Mekanisme
Controlling yang dilakukan oleh stakeholders eksternal organisasi (pasar).
Pasar yang meliputi supplier dan
konsumen akan memberikan kepercayaan jika organisasi berhasil beroperasi secara
efisien dan efektif serta menghasilkan produk berdaya asing.
2.
Bureaucracy
Mechanism
Mekanisme
Controlling secara internal oleh
pihak manajemen melalui sistem dan prosedur formal dalam organisasi.
3.
Clan
Mechanism
Mekanisme
Controlling informal, yaitu melalui
kesamaan nilai-nilaai budaya organisasi yang baik di antara para anggotanya.
Merchant
juga membedakan 3 tipe Controlling,
yaitu:
1. Pengendalian
hasil
Berorientasi
pada hasil akhir dari sebuah aktivitas.
2. pengendalian
tindakan
Berorientasi
pada apa yang harus/tidak dilakukan oleh anggota organisasi.
3. pengendalian
diri/budaya
Berorientasi
pada kesadaran pribadi para anggota organisasi untuk melakukan yang terbaik
serta saling mengingatkan secara kolektif.
Dengan
dilakukannya keepat fungsi manejemen tersebut, maka akan terjadinya simbiosis
mutualisme antara karyawan dengan pihak organisasi. Hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja pada karyawan, contohnya seorang
pemimpim yang baik harus memiliki pendekatan yang khas dengan karyawan,
komunikasi yang baik, memotivasi karyawan, dan pengembangan sumber daya manusia
yang dilakukan oleh pimpinan. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai motivasi dan
kepuasan kerja yang akan berpengaruh pada berkembangan suatu organisasi.
Agar
lebih mudah memahami apa yang dimaksud dengan motivasi, berikut di uraikan
beberapa definisi motivasi dari berbagai sumber.
Motivasi
merupakan suatu istilah umum yang mencakup tingkah laku yang mencari tujuan dan
yang berkembang karena adanya tujuan-tujuan. Atau dapat dikatakan bahwa
motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan, dan mengarahkan tingkah
laku pada suatu tujuan tertentu (Huffman, vernoy, & Vernoy, 1997).
Motivasi
adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu (Irianto, 2005).
Motivasi
merupakan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan baik kondisi-kondisi
ekstrinsik yang merangsang timbulnya suatu perilaku tertentu maupun
respos-respons intrinsik yang menunjukkan perilaku seorang manusia (Swansburg,
2001)
Kesimpulannya
Motivasi adalah tindakan yang dilakukan untuk berkembang dengan adanya suatu
rangsangan eksternal maupun internal yang dapat mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan tersebut.
Tokoh
yang terkenal dengan teori motivasinya ialah Abraham Maslow, ia mengemukakan
bahwa terdapat lima kebutuhan hierarki pada seseorang yaitu; fisiologis, rasa
aman, cinta dan memiliki, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Namun
penjelasan Motivasi kali ini lebih mengarah pada konteks manajemen, sehingga
akan dijelaskan melalui teori dari beberapa tokoh lain seperti Frederick,
McClelland, dan Alfeder.
Teori Motivasi
1. Frederick
Herzberg Teori Dua Faktor
Teori
Dua Faktor biasa juga disebut teori motivasi hygiene yang mengungkapkan bahwa hubungan seorang individu dengan
pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaan bisa
dengan sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan.
Dalam
menjalankan tugasnya seorang individu akan dipengaruhi oleh dua faktor penting,
yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor ketidakpuasan atau
faktor hygiene merupakan faktor yang
mempertahankan / menjaga tingkat motivasi kerja seorang individu jika faktor tersebut
diberikan secara tepat. Jika faktor hygiene
tersebut tidak tepat justru akan berdampak pada menurunnya semangat atau
motivasi seseorang. Sementara itu, faktor motivator
merupakan faktor penting yang mampu memberikan dorongan atau motivasi kerja bagi
seorang individu. Secara lebih rinci beberapa komponen penting dalam Teori Dua
Faktor tersebut dapat dikemukakan sebgai berikut.
Faktor Hygiene
(Sumber ketidakpuasan
kerja)
|
Faktor Motivator
(Sumber kepuasan
kerja)
|
Kodisi kerja
Kebijakan perusahaan
Supervisi
Gaji
Hubungan dengan rekan kerja
Status
Keamanan kerja
Kehidupan pribadi
|
Pekerjaan itu sendiri
Tanggung jawab
Pengakuan
Prestasi
Promosi
Pertumbuhan
Pengembangan
|
2. Teori Motivasi Prestasi McClelland
Teori
ini menyatakan bahwa seseorang memiliki energi potensial yang dapat
dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada.
Kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi
gairah kerja adalah:
1. Kebutuhan
akan prestasi
2. Kebutuhan
akan afiliasi
3. Kebutuhan
akan kekuasaan
3. Teori
ERG (Existence, Relatedness and Growth)
dari Aldefer
Teori
ini merupakan penyempurnaan dari teori yang dikemukakan Abraham Maslow dan
menurut para ahli dianggap lebih mendekati keadaan yang sebenarnya menurut data
empiris. Teori ini mengemukakan bahwa ada 3 kelompok kebutuhan utama, yaitu:
1. Kebutuhan
akan keberadaan (E)
2. Kebutuhan
akan Afiliasi (R)
3. Kebutuhan
akan kemajuan (G)
Motivasi Kerja
Motivasi
kerja adalah dorongan kehendak yang memepengaruhi tenaga kerja untuk dapat
meningkatkan produktivitas kerja karena adanya keyakinan bahwa peningkatan
produktivitas mempunyai manfaat bagi ddirinya. Motivasi rendah ditimbulkan oleh
berbagai sebab yang berakibat pada rendahnya produktivitas.
Berawal
dari pengertian kata motivasi, maka yang dimaksud motivasi kerja yaitu sesuatu
yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau dengan kata lain pendorong
semangat kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja antara lain:
atasan, rekan, sarana phisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang
dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan.
Kepuasan
kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau
pekerjaannya dalam organisasi. Kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu
bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi
pekerjaan dari organisasi tempat mereka bekerja.
Dole
& Schroede, mengemukakan bahwa kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai
perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan pekerjaannya, sedangkat
menurut Testa (1999) dan Locke (1983) kepuasan kerja merupakan kegembiraan atau
peryataan emosi yang positif hasil dari penilaian salah satu pekerjaan atau
pengalaman-pengalaman pekerjaan (Dalam Koesmono, 2005).
Faktor Penentu Kepuasan Kerja
Mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat digunakan Job Descriptive
Index (JDI) yang menurut Luthans (1995) ada lima, yaitu:
1. Gaji
2. Pekerjaan
itu sendiri
3. Promosi
Pekerjaan
4. Supervisor
5. Rekan
Kerja
Sumber:
Swanburg,
R. C. (2000). Pengantar kepemimpinan
& manajemen keperawatan untuk perawat klinis. Diterjemahkan oleh:
Surhayati Samba. Jakarta: EGC.
Suparmoko,
M. & Ranggabawono, I. (2006). Ekonomi
3. Bogor: Quadra.
Efferin,
S. & Soeherman, B. (2010). Sistem
perang sun zi dan sistem pengendalian manajemen. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Semiun,
Y. (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta:
Kanisius.
Irianto,
A. (2005). Born to win kunci sukses yang
tak pernah gagal. Jakarta: PT Sun.
Swansburg,
R, C. (1995). Pengembangan staff
keperawatan. Penerjemah Agung W & Yasmin A. Jakarta: EGC.
Purwanto,
D. (2006). Komunikasi bisnis. Jakarta:
Erlangga.
Robbins,
S. P., Judge, T. A. (1998). Perilaku
organisasi 1. Penerjemah Diana Angelica & Abdul Rosyid. Jakarta:
Salemba Empat.
Umar,
H. (1998). Riset sumber daya manusia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Moeljono,
D. (2004). Budaya korporat dan keunggulan
korporasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tangkilisan,
H. S. N. (2005). Manajemen publik. Jakarta:
PT Grasindo.
Umar,
H. (2000). Business An Intoduction. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Mukhyi, M. A., Hudiyanto, H. (1996). Pengantar manajemen sumber daya manusia. Jakarta:
Gunadarma
Mulianto, S., Cahyadi, E. R., &
Widjajakusuma, M. K. (2006). Panduan
lengkap supervisi diperkaya perspektif syariah. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Koemono, H. T. (2005). Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub
Sektor Industri Pengolahan Kayu Karya Menengah Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 27, no
2, 171-188.