KELOMPOK
2
Disusun oleh : Anggi
crisity Simanungkalit 10512904
Priyanti Ristrawandani 15512721
Tahta iswandaru 17512281
Kelas : 3pa02
Tugas : sofskill (psikoterapi)
Teori terapi humanistik
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology)
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an
bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari
dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi.
Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow
menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Terapi eksistensial berpacu pada bahwa manusia tidak
bisa lepas dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan.
Dalam penerapan-penerapan eksistensial humanistik mengutamakan pada filosofis
yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial humanistik yang
menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesame,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya.
Konsep utama dari terapi humanistik eksistensial itu
ada tiga hal yang pertama kesadaran diri yang dimana manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan, semakin kuat
kesadaran diri seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada
orang itu, kesadaran untuk memilih alternative-alternatif itu memutuskan secara
bebas dalam batasannya, kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung
jawab, manusia bertanggung jawab atas keberadaannya dan nasibnya. Yang kedua
ada kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan yang dimana kesadran atas kebebasan
dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia. Lalu ada penciptaan makna yang diartikan manusia itu unik yang dalam
arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.manusia memiliki
kebutuhan untuk berhubungan dengan sesame dalam suatu cara yang bermakna,
karena manusia adalah makhluk rasional.
Sebagai contoh, Leon seorang mahasiswa, mungkin
melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi nilainya yang dikeluarkan dari sekolah
kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat
dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri)
dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan
kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk
terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau, setidaknya bahwa ia tidak
cukup nyaman untuk menghadapi penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi
kemungkinan untuk perubahan. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi
lebih luas keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat
mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian,
kemarahan, dan lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk
menerima dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang distortir
kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang
saling bertentangan dan membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam
diri mereka yang telah disimpan tersembunyi.
Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka
menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka.
Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih
realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi
lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi
datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka
menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang
peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai
berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka
bergerak ke arah yang lebih berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat
ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk
membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan
mereka sendiri.
Dari
contoh kasus Leon dapat diambil kesimpukan bahwa salah satu alasan klien
mencari terapi adalah perasaan tidak berdaya, dan ketidakmampuan untuk membuat
keputusan atau secara efektif sulit dalam mengarahkan hidup mereka sendiri.
Mereka mungkin berharap untuk menemukan “jalan” melalui bimbingan terapis. Namun,
klien segera belajar bahwa mereka dapat
bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dalam hubungan dan bahwa mereka dapat
belajar menjadi lebih bebas dengan menggunakan hubungan untuk mendapatkan diri
yang lebih besar pemahamannya. Leon diarahkan supaya melihat kepotensian diri
dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon dapat
melanjtukan hidupnya. Dari contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah
penggunaan pribadi terapi yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan
kesadaran diri yang memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup
individu itu (Baldwin, 1987).
Sekaligus dalam
terapi ini merupakan tujuan ideal terapi adapun proses untuk mencapai tujuan
ideal tersebut adalah proses peningkatan kesadaran (consciousness raising),
maka pasien akan berbicara dengan terapis terutama mengenai masa lampaunya
(terikat masa lampau) yang terjadi bahwasannya individu mengalami ketakutan,
rasa bersalah, kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain sebagainya. Secara perlahan pasien akan berani melibatkan
diri kedalam proses yang mirip asosiasi bebas, yakni proses bebas mengalami ( free
experiencing). Di dalam proses ini pasien diberanikan atau didorong untuk
mengungkapkan secara bebas dan jujur apa saja yang dialaminya sekarang dan
dimasa lampaunya (pada saat pertemuan terapi berlangsung). Melalui proses bebas
mengalami ini pasien diharapkan akan menyadari bawa dia telah dan selalu
mencoba mengulangi pola keberadaanya berbentuk dimasa lampau, atau ada dimasa
depan.
Oleh karena itu, disamping proses peningkatan
kesadaran, analisis eksistensial menggunakan peningkatan kemampuan memilih
sebagai proses terapeutik. Yang dimaksud memilih disini adalah memiliah
alternative tindakan yang mengarahkan kepada sembuhan atau perbaikan diri. mengharapkan
pasien mengungkapkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya (melalui asosiasi
bebas). arah yang implisit dari analisis eksistensial adalah membiarkan
pasiennya menjadi apa saja yang diinginkannya, pasien diharapkan kepada dirinya
sekarang dengan relasinya dengan dunia.
Sumber :
Corey
Gerald, 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung:
PT Refika Aditama
Misiak, henryk.2005.psikologi
fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT Rafika Aditama