WES
Biro kami bergerak di bidang pengembangan industri dan organanisasi. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan mengenai ketenagakerjan dan keorganisasian dapat kami tuntaskan tanpa perlu anda mengeluarkan biaya dan tenaga yang besar.
Untuk keterangan lebih jelasnya silahkan cek link website resmi kami di WES
Unconsciousness
You are an abnormal from the other perspective.
Rabu, 20 Januari 2016
Jumat, 26 Juni 2015
Psikoterapi Humanistik Eksistensial
KELOMPOK
2
Disusun oleh : Anggi
crisity Simanungkalit 10512904
Priyanti Ristrawandani 15512721
Tahta iswandaru 17512281
Kelas : 3pa02
Tugas : sofskill (psikoterapi)
Teori terapi humanistik
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology)
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an
bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari
dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi.
Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow
menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Terapi eksistensial berpacu pada bahwa manusia tidak
bisa lepas dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan.
Dalam penerapan-penerapan eksistensial humanistik mengutamakan pada filosofis
yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial humanistik yang
menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesame,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya.
Konsep utama dari terapi humanistik eksistensial itu
ada tiga hal yang pertama kesadaran diri yang dimana manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan, semakin kuat
kesadaran diri seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada
orang itu, kesadaran untuk memilih alternative-alternatif itu memutuskan secara
bebas dalam batasannya, kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung
jawab, manusia bertanggung jawab atas keberadaannya dan nasibnya. Yang kedua
ada kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan yang dimana kesadran atas kebebasan
dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia. Lalu ada penciptaan makna yang diartikan manusia itu unik yang dalam
arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.manusia memiliki
kebutuhan untuk berhubungan dengan sesame dalam suatu cara yang bermakna,
karena manusia adalah makhluk rasional.
Sebagai contoh, Leon seorang mahasiswa, mungkin
melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi nilainya yang dikeluarkan dari sekolah
kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat
dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri)
dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan
kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk
terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau, setidaknya bahwa ia tidak
cukup nyaman untuk menghadapi penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi
kemungkinan untuk perubahan. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi
lebih luas keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat
mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian,
kemarahan, dan lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk
menerima dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang distortir
kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang
saling bertentangan dan membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam
diri mereka yang telah disimpan tersembunyi.
Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka
menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka.
Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih
realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi
lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi
datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka
menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang
peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai
berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka
bergerak ke arah yang lebih berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat
ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk
membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan
mereka sendiri.
Dari
contoh kasus Leon dapat diambil kesimpukan bahwa salah satu alasan klien
mencari terapi adalah perasaan tidak berdaya, dan ketidakmampuan untuk membuat
keputusan atau secara efektif sulit dalam mengarahkan hidup mereka sendiri.
Mereka mungkin berharap untuk menemukan “jalan” melalui bimbingan terapis. Namun,
klien segera belajar bahwa mereka dapat
bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dalam hubungan dan bahwa mereka dapat
belajar menjadi lebih bebas dengan menggunakan hubungan untuk mendapatkan diri
yang lebih besar pemahamannya. Leon diarahkan supaya melihat kepotensian diri
dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon dapat
melanjtukan hidupnya. Dari contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah
penggunaan pribadi terapi yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan
kesadaran diri yang memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup
individu itu (Baldwin, 1987).
Sekaligus dalam
terapi ini merupakan tujuan ideal terapi adapun proses untuk mencapai tujuan
ideal tersebut adalah proses peningkatan kesadaran (consciousness raising),
maka pasien akan berbicara dengan terapis terutama mengenai masa lampaunya
(terikat masa lampau) yang terjadi bahwasannya individu mengalami ketakutan,
rasa bersalah, kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain sebagainya. Secara perlahan pasien akan berani melibatkan
diri kedalam proses yang mirip asosiasi bebas, yakni proses bebas mengalami ( free
experiencing). Di dalam proses ini pasien diberanikan atau didorong untuk
mengungkapkan secara bebas dan jujur apa saja yang dialaminya sekarang dan
dimasa lampaunya (pada saat pertemuan terapi berlangsung). Melalui proses bebas
mengalami ini pasien diharapkan akan menyadari bawa dia telah dan selalu
mencoba mengulangi pola keberadaanya berbentuk dimasa lampau, atau ada dimasa
depan.
Oleh karena itu, disamping proses peningkatan
kesadaran, analisis eksistensial menggunakan peningkatan kemampuan memilih
sebagai proses terapeutik. Yang dimaksud memilih disini adalah memiliah
alternative tindakan yang mengarahkan kepada sembuhan atau perbaikan diri. mengharapkan
pasien mengungkapkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya (melalui asosiasi
bebas). arah yang implisit dari analisis eksistensial adalah membiarkan
pasiennya menjadi apa saja yang diinginkannya, pasien diharapkan kepada dirinya
sekarang dengan relasinya dengan dunia.
Sumber :
Corey
Gerald, 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung:
PT Refika Aditama
Misiak, henryk.2005.psikologi
fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT Rafika Aditama
Kamis, 26 Maret 2015
Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu kegiatan tatap
muka yang dilakukan oleh seorang terapis dengan pasien yang berkelanjutan dan
menggunakan prinsip-prinsip psikologis dalam menangani gangguan pikiran dan perilaku
yang dialami oleh pasien.
Tujuan dari dilakukannya terapi psikologis adalah sebagai berikut
1.
Membantu pasien menangani gangguan
kognitif yang menghambatnya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
2.
Membantu pasien mengungkapkan gejolak
emosi negatif yang dialaminya, dan menggantinya dengan emosi-emosi yang lebih
positif.
3.
Membantu pasien dalam menghilangkan
tingkah laku-tingkah laku yang tidak sesuai dan bersifat negatif.
4.
Membantu pasien mengatasi hambatan dalam
hubungan interpersonal pasien dengan lingkungannya sosial dan juga stres dan
konflik yang dialami pasien.
5.
Terakhir hanya dapat dilakukan oleh
seorang psikiater, yaitu bertujuan membantu pasien menangani masalah biologis
contohnya dengan terapi elektrovulsif atau pemberian obat-obatan.
Unsur-unsur psikoterapi
1.
Peran Sosial Psikoterapis
2.
Hubungan
3.
Hak
4.
Retrospeksi
5.
Re-edukasi
6.
Rehabilitasi
7.
Resosialisasi
8.
Rekapitulasi
Perbedaan
psikoterapi dan konseling adalah
Rudolf & Thompson (1983)
1.
Psikoterapi menggunakan istilah pasien
sedangkan konseling menggunakan istilah klien.
2.
Psikoterapi menangani masalah-masalah
yang serius sedangkan konseling yang lebih ringan. Contoh: Psikoterapi,
menangani pasien yang mengalami kecanduan narkoba. Konseling, menangani siswa
yang akan masuk ke jenjang perkuliahan.
3.
Psikoterapi menangani masalah
kepribadian dan pengambilan keputusan sedangkan konseling menangani masalah
jabatan, pendidikan, keluarga, dll. Contoh: Psikoterapi, menangani tingkah laku
agresif pada seseorang. Konseling, menangani masalah dalam pola asuh keluarga.
4.
Psikoterapi bersifat menyembuhkan
sedangkan konseling bersifat pencegahan. Contoh: Psikoteapi, menyebuhkan pasien
yang mengalami gangguan seksual atau makan. Konseling, mencegah anak memasuki
pergaulan yang salah.
5.
Psikoterapi
menangani masalah medis sedangkan konseling non media dan lingkungan
pendidikan.
Pendekatan yang dilakukan terhadap mental illness!
1.
Membuat diagnosis
Hal
ini bisa dilakukan dengan cara mewawancarai pasien secara terbuka untuk
mengetahui riwayat, status mental, gaya interpersonal, komunikasinon verbal,
dan urutan serta pilihan topik yang dimunculkan pasien.
2.
Membuat perkiraan keparahan kondisi
pasien
Uji
psikologis diperlukan untuk mengetahui keadaan mental pasien. Contoh: Tes WAIS,
MMPI, Bender Gestalt, Roschach, TAT, DAP, MMSE, dll.
3.
Memutuskan suatu tindakan awal
4.
Mengembangkan hubungan terapeutik dengan
pasien
5.
Membangun pemahaman dinamika pasien
6.
Melibatkan pasien dalam psikoterapi
Bentuk-bentuk utama dari terapi
Terapi pencegahan atau terapi Profilaksis adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk mencegah munculnya kondisi medis. Sebagai contoh adalah banyaknya vaksin untuk mencegah infeksi penyakit.
Terapi
abortive adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk menghentikan
kondisi medis dari perkembangan lebih lanjut. Pengobatan yang dilakukan pada
tanda-tanda paling awal dari munculnya penyakit, seperti gejala sakit kepala
migrain, adalah sebuah terapi abortive.
Terapi
supportive adalah suatu terapi yang tidak merawat atau
memperbaiki kondisi yang mendasarinya, melainkan meningkatkan kenyamanan
pasien.
Senin, 19 Januari 2015
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Definisi Pelatihan
Menurut Carrell dan Kuzmits (1982:282) mendefinisikan
pelatihan sebagai proses sistematis dimana karyawan mempelari pengetahuan
(knowledge), ketrampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap
tujuan pribadi dan organisasi.
Menurut Drummond (1990:63), "pelatihan berarti menuntun dan mengarahkan perkembangan dari peserta pelatihan melalui pengetahuan, keahlian dan sikap yang diperoleh untuk memenuhi standar tertentu.
Menurut Simamora (1999:345), pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman atau perubahan sikap seseorang.
Menurut Drummond (1990:63), "pelatihan berarti menuntun dan mengarahkan perkembangan dari peserta pelatihan melalui pengetahuan, keahlian dan sikap yang diperoleh untuk memenuhi standar tertentu.
Menurut Simamora (1999:345), pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman atau perubahan sikap seseorang.
Tujuan pelatihan dan pengembangan
Tujuan pelatihan akan berbeda-beda sesuai dengan jenis
latihan yang diberikan, di bawah ini akan dijelaskan tujuan pelatihan secara
umum, yaitu:
1. Bekerja lebih efisien
2. Pengawasn lebih sedikit
3. Lebih cepat berkembang
4. Stabilitas pegawai dan penurunan turn over
Faktor-faktor psikologis dalam pelatihan dan pengembangan
1. Individual Differences
Dalam pelaksanaan latihan harus diingat adanya perbedaan
perseorangan dari para pekerja baik latar belakang pendididkan, pengalaman,
maupun keinginannya. Oleh karena itu sifat, waktu dan cara latihan perlu
direncanakan sematang mungkin.
2. Relation to Job Analysis
Dalam hal ini latihan atau pendidikan harus dikaitkan secara
era dengan job analysis dari jabatan yang akan dipangku pada masa yang akan
datang.
3. Motivation
Para pengikut latihan akan merasa terangsang atau
termotivasi jika di waktu yang akan datang diharapkan adanya perbaikan bagi
dirinya. Perbakan ini bisa berwujud kenaikan upah atau kenaikan jabatan.
4. Active Participation
Para pengikut latihan hendakanya dipacu untuk turut aktif
mengambil bagian dalam kegiatan latihannya. Jenis pendidikan yang monoton
sebaiknya dihindari karena akan mendatangkan kebosanan dan pengikut latihan
diberi kesempatan untuk betukar pikiran dengan pelatihannya sehingga
partisipasi yang diinkan benar benar dapat terwujud.
5. Selection of Trainees
Karena perbedaan-perbedaan individu seperti dikemukakan di
atas selalu ada dalam perusahaan maka sebaiknya pengikut latihan diseleksi
terlebih dahulu untuk menemukan personal yang benar-benar berminat shingga
program latihan akan berhasil dengan memuaskan.
6. Selection of Trainer
Pengajar dalam latihan harus benar-benar diperhatikan
kualifikasinya karena pengajar yang kurang berpendidikan, kurang berminat dan
tidak memiliki kesnggupan mengajar hanya akan mendatangkan hasil yang kurang
memuaskan.
Teknik dan metode pelatihan dan pengembangan
Metode pelatihan on
the job training:
1. Job instruction
training
Pelatihan di mana ditentukan seseorang (biasnya manaher atau
supervisor) bertindak sebagai pelatih untuk menginstruksikan bagaimana melakukan
pekerjaan tertentu dalam proses kerja.
2. Coaching
Suatu bentuk pelatihan dan pengembangan yang dilakukan di
tempat kerja oleh atasan dengan membimbing petugas melakukan pekerjaan secara
formal dan biasanya tidak terencana, misalnya bagaimana melakukan pekerjaan,
bagaimana memecahkan masalah.
3. Job rotation
Adalah program yang direncanakan secara formal dengan cara
menugaskan pegawai pada beberapa pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan organisasi untuk
menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi.
4. Apprenticeship
Adalah pelatihan yang mengombinasikan antara pelajaran di
kelas dengan praktek di lapangan, yaitu setelah sejumlah teori diberikan kepada
peserta, peserta dibawa praktek ke lapangan.
SUMBER
Mukhyi, M. H., & Hudiyanto, H. (1996). Pengantar manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Gunadarma.
Hariandja, M. T. E. (2002). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Grasindo.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/11/pelatihan-tenaga-kerja-definisi-tujuan_11.html
Langganan:
Postingan (Atom)